Seorang teman terlihat memberi jempol untuk halaman Moleskine Asia di Facebook. Moleskine, teringat saat membaca tulisan beberapa desainer lewat blog dan karena penasaran saya tanyakan ke Boy Avianto sebenarnya apa keistimewaan buku catatan tsb. Dengan jujur Boy menjelaskan ya mirip saja dengan buku saku lain, namun dalam hal Moleskine ini ada aspek sentimental menggunakan merek tertentu yang sangat terkenal. Jawaban yang saya sukai karena toh fungsi buku lebih diprioritaskan ketimbang atributnya. Kendati, lanjut Boy, di buku tsb. ada nomor seri yang dapat didaftarkan lewat web dan itu menjadi catatan personal yang unik.
Tentu saya tidak tahu sejauh mana keunikan tsb. karena belum pernah membeli Moleskine dan hanya menikmati keanggunannya di sejumlah toko buku yang gemerlap. Iseng saya cari tulisan tentang Moleskine sore ini, hasilnya masih sama dengan tahun-tahun lalu, yaitu dilengkapi dengan harganya yang mahal. Padahal di halaman mereka di Facebook ada satu foto berisi tumpukan Moleskine diberi keterangan, Berapa buku tumpukan milik Anda? Sebagian komentator menjawab di bawah lima, namun ada kelompok kecil komentator yang menyebut banyak atau di atas sepuluh buku. Berarti kelompok berkecukupan yang menilai keelokan Moleskine sepadan dengan ide kreatif mereka yang dituangkan di lembar-lembarnya.
Dari situs web Moleskine Asia secara acak saya pilih satu jenis buku dan setelah dikonversi, berharga sekitar Rp125.000. Buku catatan semahal itu? Mengapa tidak, walau dapat menyebabkan Erasmus berpuasa berhari-hari jika duit yang disisihkan untuk membeli buku dari jatah makan dipakai untuk mengoleksi Moleskine.
Saya sendiri sedang berusaha “menulis lagi” termasuk di buku. Setelah berganti-ganti format, a.l. dipengaruhi kenyamanan menulis dan kepraktisan diselipkan di kantong ransel, sekarang ini saya sedang bereksperimen dengan buku sketsa Lyra. Seharusnya memang digunakan untuk menggambar sketsa, namun yang saya sukai karena berisi kumpulan kertas polos tanpa garis, kertas gambar –sehingga lebih tebal, dan buku tsb. dilindungi sampul plastik yang lebih tebal dan semoga membuat buku lebih rapi. Tampaknya jika kertas sudah terpakai dapat diisi ulang dengan setumpuk kertas gambar baru sesuai ukuran. Agak sangsi juga, apakah toko buku langganan saya masih akan rajin mendatangkan merek buku sketsa ini. Begitu juga untuk saya sendiri: apakah sudah efisien antara tulisan dan nilai kertas gambar. Untuk itu saya dibantu dengan satu buku lagi jenis yang sering dipakai untuk pelajaran di sekolah, dengan sampul tebal.
Betul, yang jauh lebih penting adalah rajin menulis dan membuat catatan sehari-hari.
Tentu tidak perlu menolak juga jika dihadiahi Moleskine.