Setelah mendapat kabar dari teman dan diliput di media massa, saya berkesempatan singgah menjenguk salah satu halte penyewaan sepeda di Cikapayang, Dago. Bandung sedang mulai memperbaiki diri: diprakarsai oleh Bandung Creative City Forum (BCCF), penyewaan sepeda dalam kota, diberi nama bike.bdg, diresmikan walikota di Jalan Pajajaran, 10 Mei lalu. Segera hal ini mengingatkan akan "taksi sepeda" di Paris, Prancis.
Parijs van Java, yeuh!
Ahad siang lalu, saya bertemu dan mengobrol dengan Eka, penjaga halte Cikapayang. Ia menyebut tidak menyangka berita membanggakan tentang Bandung menjadi kota pelopor sewa sepeda di Asia Tenggara membawanya menjadi tempat kerja dia sejak dua pekan ini. Usaha rintisan yang perlu dedikasi tinggi ini memang sedang diawali oleh orang-orang yang punya antusiasme tinggi dalam hal bersepeda. Eka sendiri mengayuh sepeda dari rumahnya di Kopo, Bandung Selatan, ke Cikapayang di Utara. Begitu pula para penyewa sepeda secara umum juga mereka yang peduli terhadap kegiatan bersepeda, dengan demikian sebagai permulaan, kondisi ini akan mengurangi risiko sepeda yang disewakan tsb. hilang atau diterlantarkan.
Semangat itu pula yang dipuji pengunjung dari salah satu BUMN, “Kami dulu sudah punya rencana menyediakan layanan seperti ini, namun belum pernah berhasil. Kalian hebat sudah memulainya”. Sepeda yang tersedia dikumpulkan dari bantuan organisasi, seperti yang terlihat di Cikapayang: di halte tertulis Ikatan Alumni ITB dan di beberapa stang sepeda tertulis Bank BNI. Bukan hal mustahil juga berikutnya mengajak para pemilik sepeda mendonasikan sepedanya yang sudah tidak terpakai. Kabar lainnya: ada pihak swasta yang mulai tertarik melihat penyewaan sepeda ini sebagai bisnis baru. Kerja sama antarpenyedia jasa seharusnya dapat diwujudkan dengan melihat hal ini sebagai kepentingan bersama warga Bandung.
Kedatangan saya setelah acara Dago Car Free Day usai bertepatan dengan seorang bapak dan dua anak-anaknya mengembalikan sepeda yang telah disewa. Dengan ongkos Rp3.000/jam dan meninggalkan kartu identitas resmi sebagai jaminan, penyewaan ini menjadi alternatif menarik jika membeli sepeda sendiri masih berat. Pertimbangan lainnya adalah untuk pengguna sepeda dari satu halte ke halte lain. Untuk keperluan antarhalte ini disediakan mekanisme keanggotaan. Kabarnya keanggotaan dikenai biaya Rp100.000/tahun dan pengguna sepeda bebas mengambil dan mengembalikan di sembarang halte bike.bdg. Halte beroperasi pukul 6 s.d. 19. Di Cikapayang saya hitung terdapat sekitar lima belas sepeda sedang diparkir, setelah paginya, saat Car Free Day, Tidak ada sepeda yang diparkir, terpakai terus, cerita Eka.
Empat halte yang sudah terpasang sekarang di Cikapayang, Tamansari, dan Buahbatu. Jika nanti kian banyak halte dipasang, diharapkan lebih banyak lagi penyewa sepeda di hari kerja, termasuk oleh para pekerja kantor: di tempat tujuan sepeda tsb. tinggal diserahkan ke halte terdekat, papar Eka. Mirip sepeda di dalam kampus UI yang dicat kuning total dan mencolok terlihat berbeda dengan warna sepeda pada umumnya, sepeda bike.bdg dicat biru. Terdapat jenis sepeda mini dan MTB di halte.
Bagaimana prospek inisiatif ini ke depan? Apakah Bandung mulai dapat mengimbangi kota-kota di Belanda yang penuh sepeda, sebagai misal? Yang lebih jelas: inisiatif seperti ini perlu dobrakan dan keberanian membumikan hitung-hitungan rencana –acung jempol untuk teman-teman di BCCF yang telah memulai. Sebagai salah satu cara mengajak masyarakat menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan lebih sehat untuk pengendaranya, salah satu cara ini harus digelindingkan dan mengajak cara-cara lainnya untuk berani dimulai.