Skip to main content

Ikhlasul Amal

Kisah Musa dan Proses

Ikhtisar tausiyah oleh Sanusi Uwes di Masjid Ulul Albab, Jl. Kawung
Ungu, Sukaluyu, Bandung 40123, 14 Mei 2015.

Penjelasan dimulai dari tafsir ayat yang dibacakan saat salat subuh: kisah Musa alaihissalam menerima perintah Tuhan di lembah. Gambaran lembah dalam persepsi orang Indonesia adalah tempat yang lebih rendah dibandingkan sekitarnya, sedangkan dalam film The Ten Commandments ditampilkan dalam bentuk ketinggian, yakni bukit atau gunung. Musa sampai di sana setelah perjalanan panjang dari Mesir –setelah kejadian pembunuhan di Mesir dan Musa melarikan diri dikejar-kejar warga Mesir, kemudian sampailah di Madyan, membantu dua perempuan yang sedang menggembalakan ternak, dan kemudian dipertemukan dengan ayah mereka, Syuaib alaihissalam. Dinikahkanlah Musa dengan salah seorang perempuan tsb. dengan mahar bekerja sebagai penggembala selama delapan tahun, yang kemudian digenapkan menjadi sepuluh tahun oleh Musa. Hal itu semua dijelaskan dalam Al Quran, demikian keterangan ustaz.

Keriangan

Tentu sangat memalukan, blog ini dipasangi slogan Mengembalikan Keriangan Menulis, namun jangankan menjadi riang bahkan tanda-tanda rajin ditambahi tulisan baru pun belum tampak.

Menyedihkan!

Usaha awal agar tulisan untuk blog ini lebih sering dan lebih teratur lewat catatan di Asana, yang terpilih sebagai alat bantu manajemen proyek untuk keperluan kantor dan juga pribadi. Sayang sekali, upaya ini belum dapat dijalankan optimal, salah satu penyebabnya kurang disiplin antara rencana versus realisasi. Kandas pada pelaksanaan.

Undangan ‘Worldwide Photowalk 2014’ untuk Bandung

Sebelumnya saya pasang promosi photowalk di blog #direktif, untuk sekarang sepertinya lebih afdal dipindah ke sini dan akan dilanjutkan dengan tulisan-tulisan tentang kegiatan photoblog saya. Tidak ada alasan khusus, lebih pada kesesuaian sepihak.

Ringkasnya saya sudah mendaftarkan Bandung untuk diikutkan di Worldwide Photowalk yang secara serentak dikoordinasikan oleh Kelby, berskala dunia. Dukungan datang salah satunya dari Flickr dan secara sporadis dipromosikan oleh para penyelenggara di tiap-tiap kota. Sampai dengan hari ini tercatat baru ada tiga lokasi photowalk peserta acara ini untuk Indonesia.

Wali Kota untuk Dunia

Rupanya buku ini yang disebutkan moderator: If Mayors Ruled the World: Dysfunctional Nations, Rising Cities (Yale University Press, 2013), karya Benjamin R. Barber, ilmuwan politik teoritis dan penulis Jihad vs. McWorld sebelumnya.

“If Mayors Ruled the World”

Pada acara di kampus ITB 8 Maret, diangkat tema Gelombang Baru Nasionalisme: dari Daerah Membangun Indonesia, menghadirkan Tri Rismaharini, wali kota Surabaya, dan Ridwan Kamil, wali kota Bandung, pada sesi sebelumnya. Seperti melengkapi julukan “Reformis Horizontal” di acara Dino Patti Jalal sepekan sebelumnya, yang juga menampilkan sejumlah pemimpin daerah, apakah ini semata kegembiraan dan harapan Indonesia?

Sing Waras Sabar

Lewat salah satu milis, saya baca tulisan Hartono Ahmad Jaiz berjudul Sing Waras Ngalah? Dari pencarian Google, tulisan tersebut dimuat di Arrahmah, ditampilkan oleh A. Z. Muttaqin, bertanggal 8 April 2014. Kutipan sebagian tulisan tsb.:

Ketika manusianya sudah membuat aturan tidak waras seperti itu, maka orang waras pun mau tidak mau harus mengalah. Tidak berkutik lagi. Sementara itu orang-orang yang tidak waras justru mengambil kesempatan. Kesempatan apa? Kesempatan untuk membuat, mengkader sebanyak-banyaknya orang yang tidak waras. Untuk apa? Untuk menambah suara dalam pemilihan ini dan itu, dari pilkada bahkan pilihan RT sampai pilihan caleg, bahkan penguasa tertinggi di suatu negeri. Pengkaderan sebanyak-banyaknya agar jadi orang yang tidak waras? Aneh. Di dunia ini, ketika norma yang dibangun sudah berlandaskan menyamakan orang waras dengan orang tidak waras itu sendiri sudah aneh. Sehingga yang ditempuh selanjutnya pasti tidak waras pula.