Ikhlasul Amal

Mengembalikan keriangan menulis

Jelajah Pangandaran 2012

Posted at — Dec 16, 2012

Tanggal 24 November lalu saya berkesempatan mengikuti Jelajah Pangandaran 2012. Diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pelaksanaan acara ini dikerjakan Indecon. Jelajah Pangandaran berisi serangkaian acara dan kunjungan di kawasan dekat Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Setelah menempuh perjalanan sekira 5 jam Bandung-Pangandaran, acara di tujuan penjelajahan berlangsung dari 24 November pukul 19 hingga 26 November pukul 14. Reportase perjalanan tsb. akan dipublikasikan dalam beberapa tulisan di bawah ini:

  1. Jelajah Pangandaran 2012 (tulisan ini).
  2. Jelajah Pangandaran: Tarian Pesta Panen dan Ronggeng Gunung.

Terima kasih untuk Rendy Maulana yang telah mengikutsertakan saya.

Berapa lama perjalanan ke Pantai Pangandaran? Ini pertanyaan awal yang disampaikan teman lewat email setelah membaca reportase langsung Jelajah Pangandaran di status Facebook saya. Pada perjalanan kami Sabtu tsb. Bandung-Pantai Pangandaran ditempuh sekira enam jam, dengan satu jam beristirahat makan siang di dekat Cicalengka, Kab. Bandung Barat. Google Maps memberi prediksi lama perjalanan enam jam (tanpa istirahat).

Rute Bandung-Pangandaran oleh Google Maps

Beruntung tidak ada kemacetan berarti di akhir pekan tsb., karena menurut keterangan pemandu saat libur sekolah lalu-lintas sudah melambat sejak pintu gerbang pantai. Apakah karena pada hari-hari ini hujan sedang mengisi musim, mungkin juga, yang jelas di segmen Banjar-Padalarang kami diguyur hujan lebat. Kondisi jalan raya juga bagus dan ini dipuji oleh teman di kantor sebagai perbaikan yang terasa terakhir ini di Jawa Barat. Saya tidak mengomentari lebih jauh, karena tidak punya pembanding dengan keadaan sebelumnya dan lagipula Jawa Barat sedang menyongsong Pemilihan Gubernur bulan Maret mendatang, menyikapi perubahan perlu bijak.

Kabupaten Pangandaran diresmikan 25 Oktober lalu, bersama sejumlah penambahan administrasi daerah baru (yang sering disebut pemekaran), lepas dari Kab. Ciamis. Saya sempat menduga-duga adakah keterkaitan acara promosi wisata ini dengan perubahan administrasi pemerintahan ini, namun jika didengar dari keterangan tuan rumah dan kabar dari media, mereka masih disibukkan mengurus peralihan tsb.

Saya pernah berwisata ke Pantai Pangandaran sekali kira-kira dua puluh tahun lalu, sehingga boleh dikata tidak ada gambaran yang memadai tentang kota-pantai ini. Yakin semuanya telah berubah banyak disebabkan oleh jumlah warga dan gaya hidup, dua hal yang dominan.

Masih tersisa gerimis saat kami sampai di hotel pada pukul 19-an. Sekilas terlihat di sekitar hotel penuh lapak Pedagang Kaki Lima (PKL) yang menawarkan cindera mata, jasa penggambaran tato di badan, hingga penyewaan sepeda. Suasana cukup semarak, tipikal wisatawan pantai. Teringat akan jalan-jalan di sekitar Kuta, Bali, sedangkan Pangandaran berukuran lebih mini, jalan raya pun lebih sempit. Lalu-lalang bersepeda terlihat mengasyikkan, termasuk acara semi-wajib bersepeda tandem, berbarengan dikendarai satu rombongan.

Beach Clothes Store

Kawasan pantai menyenangkan untuk bersepeda medan datar dan bersamaan dengan kedatangan kami, disebut oleh penerima tamu bahwa ada acara kumpul-besar pengendara sepeda dari Jakarta dan sekitarnya dan mungkin juga Bandung. Warga menyambut acara besar pengendara sepeda tsb. dengan keikutsertaan klub pengendara sepeda lokal. Ini informasi keterlibatan warga pertama yang saya dengar.

Betul, tantangan pertama yang perlu dihadapi wisatawan untuk datang ke Pantai Pangandaran adalah waktu di perjalanan. Buat wisatawan dari Jakarta misalnya, otomatis perlu waktu hampir sehari di perjalanan dengan berkendara mobil. Hal seperti ini dapat menghabiskan waktu libur terlalu lama.

Alternatif lain adalah menggunakan pesawat terbang. Bandara Nusawiru di Kecamatan Cijulang dapat dijadikan pilihan lain. Memang ada untung-rugi (trade off) dalam hal ini: berkendaraan sendiri lebih leluasa, lebih-lebih untuk rombongan-mini keluarga – mengingat angkutan umum masih meragukan, namun perlu waktu-tempuh cukup lama; sebaliknya menggunakan pesawat terbang dapat menjadi repot dengan mobilitas di lokasi tujuan. Termasuk perlu dipastikan angkutan dari bandara ke hotel.