Ikhlasul Amal

Mengembalikan keriangan menulis

Senja

Posted at — Feb 28, 2011

Di Santorini, sebuah pulau kecil di Yunani, mereka berdatangan untuk menikmati rumah-rumah menghadap ke pantai, songsong senja, amati belai terakhir matahari menyapu dinding, jendela, kincir angin, anak tangga, yang hampir semua dicat putih seolah ingin memberikan sebanyak mungkin cahaya untuk para pelancong. Sebuah harga untuk melepas penat warga Dunia Utara yang dingin dan pucat oleh musim.

Nikmatilah sore yang juga melambai malas, beriringan dengan angin lembah dan layang-layang kemarau di halaman rumah dengan ongkos isi hati yang berserah, di Dago Bengkok. Sebuah pengibaratan semacam si fakir yang berjemur di pinggir pantai tanpa memedulikan turis Amerika yang sibuk menjelaskan teori investasi.

Kampung kami padat, rumah kami sempit, bau sedikit anyir terbawa angin meruap dari got mampet, dan anak-anak berlarian menebarkan kata-kata seperti sumpah serapah untuk tertawa bersama temannya. Hidup memang pilihan, atau dipilihkan, atau memang tidak ada kaitannya dengan pilihan, janganlah membuat hati risau. Nikmati belaian terakhir sinar matahari yang melemah, yang menyusun batas antara terik putih dan malam kelam.

Kami bersumpah setia menikmati hidup.
Karena itulah salah satu anugerah-Nya.