Ikhlasul Amal

Mengembalikan keriangan menulis

Survei Pilpres

Posted at — Feb 17, 2019

Pada hari Jumat, 8 Februari 2019, sekira pukul 10, ada panggilan telepon dan saya terima dengan baik. Ternyata panggilan datang dari survei untuk Pilpres 2019. Mitra bicara saya langsung menjelaskan bahwa mereka berasal dari salah satu lembaga survei dan mereka minta waktu untuk survei. Setelah saya pertimbangkan sejenak, akhirnya saya setujui permintaan mereka.

Pertanyaan administratif

Saya tidak tergerak untuk bertanya pembuka dari mana mereka mendapatkan nomor ponsel saya –tidak mengherankan juga, karena saya masih longgar dalam hal pemberian nomor ponsel untuk keperluan umum. Jadi biarlah mereka mulai bertanya.

Setelah identitas, mulailah pada pertanyaan kuantitatif seperti usia. Ini agak membuat malas dijawab secara eksplisit. Setelah berkelit ringan, ternyata tersedia jawaban pilihan berupa rentang usia –kenapa tidak disebutkan dari awal sih, bahwa jawaban sudah tersedia dan memang lebih saya sukai jawaban dalam bentuk rentang. Demikian pula besar gaji yang ditanyakan, lebih nyaman dijawab dalam bentuk rentang.

Praktis pertanyaan administratif berupa identitas, profil usia dan golongan, serta tingkat pendidikan.

Materi survei

Barulah masuk pada materi survei yang diharapkan, yakni Pilpres 2019.

Pertanyaan awal langsung terkait partisipasi responden untuk Pilpres. Jawaban saya: antusias, setidaknya acuan saya dalam hal frekuensi status-status saya di Facebook perihal fenomena “tahun politik.”

Karena dijawab “antusias”, pertanyaan berikutnya tancap gas: memilih Capres 01 atau 02? Wah, langsung pada tujuan sekali; namun benar juga, karena mereka meminta izin untuk bertanya-jawab sesingkat mungkin. Saya tolak menjawab. Pilihan capres tidak perlu dijadikan bahan hasil survei, batin saya.

Ternyata pertanyaan berikutnya lagi: apakah Presiden Jokowi masih pantas melanjutkan untuk periode kedua atau cukup sekali? Lah, calon presiden/wakil presiden hanya dua pasang, apa bedanya pertanyaan ini dengan sebelumnya? Jebakan, ya? Haha. Agar konsisten dengan sikap sebelumnya, saya tolak lagi menjawab.

Baiklah, cukup. Dengan demikian saya telah berpartisipasi pada salah satu survei dan semoga jawaban saya tidak diubah atau dipelintir untuk kepentingan tertentu.

Sayangnya, survei seperti ini tidak menyediakan hadiah; kendati saya juga tidak mungkin menuntut seperti itu.