Tak terencana, saya datang di Masjid Nurul Jamil tadi pagi melihat keramaian: sejumlah ibu anggota pengajian dan siswa-siswi Sekolah Menengah. Setelah diamati di spanduk kegiatan, barulah paham bahwa hari ini Ustaz Hari Moekti akan datang menyampaikan tablig akbar. Seingat saya tahun lalu dia juga sempat datang berceramah di masjid ini, dan benar adanya disampaikan oleh pembawa acara dalam pengantarnya.
Hari Moekti bukan nama asing di akhir 1980-an. Istilah JJS untuk “Jalan-jalan Sore” menjadi populer saat itu, sekaligus memperkenalkan Jalan Melawai di sekitar Blok-M, Jakarta, yang dijadikan ilustrasi JJS. Versi “jalan-jalan Dago” juga disediakan untuk edisi penampilan di Bandung. Demikian juga frase “ada kamu” diangkat oleh Hari dan kabarnya menjadi salah satu hit. Setelah itu Hari mengundurkan diri dari ranah musik dan disebut-sebut oleh media menekuni kegiatan keagamaan. Publik tahu kabar tersebut dari awal, bersama dengan kabar musisi besar lain, Gito Rollies (alm.), namun ternyata ada juga yang baru tahu perubahan Hari Moekti di akhir dasawarsa ini.
Dengan latar belakang di atas, saya menduga tablig Hari Moekti mirip dengan acara jumpa penggemar –walaupun terpikir, Apakah siswa-siswi periode sekarang tahu rocker gaek ini? Saya memang belum pernah melihat penampilan dia, sebagai penyanyi atau dai. Baiklah, saya akan mendengarkan, sebagai pengalaman baru.
Syukurlah –dan maafkan saya– dugaan di atas salah: Hari Moekti memulai tablig dengan presentasi tentang iman, amal saleh, dan rida Allah dengan ungkapan yang mudah dicerna. Tanpa berbelit, disebutkan beberapa ayat pendukung, sedikit hadis, dan dipagari dengan fikih wajib-sunnah-mubah-makruh-haram. Terpikir bahwa sebagian kalangan tidak serta-merta “mereduksi” ajaran Islam dengan “pagar syariat” seperti itu, namun untuk tablig, efektivitas di depan publik beragam perlu dipertimbangkan. Godaan menyampaikan materi agama dengan bercanda berlebihan, orasi, atau ilustrasi yang menyimpang juga berhasil dilewati Hari.
Melengkapi awal yang baik di atas, tablig ditutup dengan paparan kegiatan Hari di lapangan lewat organisasinya, Wakaf Quran, yang sekarang memfokuskan pada distribusi Quran ke daerah-daerah dakwah dan –ini dia!– instalasi peralatan penyedia air bersih. Contoh instalasi yang ditunjukkan di video adalah di daerah Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan salah satu kampung di Provinsi Banten. Wakaf Quran disebutkan di buletin yang dibagikan: daerah-daerah dakwah yang masih kekurangan Quran, baik untuk keperluan warga setempat, juga untuk para da’i yang sedang berdakwah di sana.
Ajakan untuk berkontribusi pada perbaikan kondisi sosial ini yang menjadi nilai plus-plus, karena dalam kondisi sekarang terasa tidak cukup jika hanya memotivasi dengan lisan dan kurang terlibat dalam urusan aksi di lapangan. Semoga menjadi model oleh mujahid atau pegiat di lapangan kepada publik yang dimotivasi. Lakukan terlebih dulu dan kemudian ajak hadirin untuk berkontribusi.