Ikhlasul Amal

Mengembalikan keriangan menulis

Tiongkok

Posted at — Jan 24, 2017

Akhirnya episode keenam Story of China oleh Michael Wood di BBC Earth selesai saya tonton dalam maraton tiga episode terakhir. Empat ribu tahun sejarah Tiongkok dipadatkan, pikiran seperti terengah-engah melompat antardinasti, melintasi ruang hidup bangsa Tiongkok yang luas.

Pertama, sejarah Tiongkok menggambarkan ungkapan, “ribuan korban adalah statistik.” Setiap pergantian dinasti seperti meminta tumbal ratusan ribu hingga jutaan korban manusia tewas. Termasuk petualangan Tiongkok pada perang dunia dan bencana kelaparan pada pertengahan abad XX. Tapi alih-alih berkurang, populasi bangsa Tiongkok bertambah terus, hingga perlu direm pada era modern. Jika sekarang mereka berhasil menahan jumlah penduduk pada seperenam populasi dunia, disebutkan Dinasti Ming membawahi sepertiga warga dunia.

Kedua, revolusi menjadi kejadian penting pada setiap pergantian dinasti, termasuk akhir kekaisaran menuju republik yang juga masih terdapat perang sipil pendukung republik versus komunisme, menghasilkan Taiwan. Revolusi seperti lazimnya, selalu menggelora, lengkap dengan tafsir sosial sampai kosmologi. Pertanyaan rutin pasca revolusi: apa yang akan dilakukan setelah ini?

Menariknya, poin ketiga, hampir semua para tokoh revolusi berasal dari kalangan petani (mayoritas di Tiongkok), mengumpulkan warga untuk dilatih berperang atau dididik di sekolah, dan dalam perjalanan revolusi terdapat para intelektual yang bersedia berdiskusi atau menyumbang saran penting untuk para pemimpin. Budayawan, pemikir, filsuf, bahkan pencatat keadaan mewarnai hampir semua revolusi. Sekilas seperti gabungan penggerak revolusi yang diterima masyarakat dengan pengisi visi setelah revolusi. Ingat “Lompatan Jauh ke Depan” di era Mao Zedong.

Poin keempat perihal hubungan Tiongkok dengan negara-negara lain. Dua perang besar, Perang Opium dan Perang Boxer, ditambah keikutsertaan Tiongkok dalam Perang Dunia pertama, seperti kurang berarti dibanding rentetan perang di antara bangsa Tiongkok sendiri. Ada diskusi menarik di Quora:

  1. Bangsa Tionghoa tidak menyebut mereka membunuhi bangsa mereka sendiri, melainkan suku bangsa tertentu sedang menyerbu suku bangsa lainnya.
  2. Bangsa Tionghoa sudah sibuk dengan konflik dalam negeri, mereka tidak sempat melakukan invasi ke negara lain. Invest, not invade. Walaupun ada bantahan, lengkap dengan senarai fakta sejarah invasi Tiongkok ke sejumlah negara tetangga.

Michael Wood menutup Story of China dengan menampilkan nostalgia berupa reuni keturunan Dinasti Qing dalam suatu seminar dengan pidato salah seorang perwakilan dalam bahasa Inggris yang fasih. Menjelang tahun baru Imlek juga, Wood mendoakan suatu Tiongkok yang aman dan makmur, dan hal tsb. diperlukan dunia.