Skip to main content

Ikhlasul Amal

Penyewaan Sepeda

Setelah mendapat kabar dari teman dan diliput di media massa, saya berkesempatan singgah menjenguk salah satu halte penyewaan sepeda di Cikapayang, Dago. Bandung sedang mulai memperbaiki diri: diprakarsai oleh Bandung Creative City Forum (BCCF), penyewaan sepeda dalam kota, diberi nama bike.bdg, diresmikan walikota di Jalan Pajajaran, 10 Mei lalu. Segera hal ini mengingatkan akan "taksi sepeda" di Paris, Prancis.

Parijs van Java, yeuh!

Ahad siang lalu, saya bertemu dan mengobrol dengan Eka, penjaga halte Cikapayang. Ia menyebut tidak menyangka berita membanggakan tentang Bandung menjadi kota pelopor sewa sepeda di Asia Tenggara membawanya menjadi tempat kerja dia sejak dua pekan ini. Usaha rintisan yang perlu dedikasi tinggi ini memang sedang diawali oleh orang-orang yang punya antusiasme tinggi dalam hal bersepeda. Eka sendiri mengayuh sepeda dari rumahnya di Kopo, Bandung Selatan, ke Cikapayang di Utara. Begitu pula para penyewa sepeda secara umum juga mereka yang peduli terhadap kegiatan bersepeda, dengan demikian sebagai permulaan, kondisi ini akan mengurangi risiko sepeda yang disewakan tsb. hilang atau diterlantarkan.

Moleskine

Seorang teman terlihat memberi jempol untuk halaman Moleskine Asia di Facebook. Moleskine, teringat saat membaca tulisan beberapa desainer lewat blog dan karena penasaran saya tanyakan ke Boy Avianto sebenarnya apa keistimewaan buku catatan tsb. Dengan jujur Boy menjelaskan ya mirip saja dengan buku saku lain, namun dalam hal Moleskine ini ada aspek sentimental menggunakan merek tertentu yang sangat terkenal. Jawaban yang saya sukai karena toh fungsi buku lebih diprioritaskan ketimbang atributnya. Kendati, lanjut Boy, di buku tsb. ada nomor seri yang dapat didaftarkan lewat web dan itu menjadi catatan personal yang unik.

112012

Menjelang akhir 2011 terpikir blog-blog yang saya urus selama ini perlu disegarkan. Tentu dengan lebih banyak tulisan lagi, yang berarti harus ada cara agar lebih sering terpacu menulis. Tidak hanya yang bercecer di Facebook dan Google Plus. Untuk mikroblog, saya merasa agak bosan dan dibatasi ukuran mereka yang terlalu ringkas dan menjadi sekadar percakapan terus-menerus layaknya IRC di masa lalu yang saya juga tidak betah.

Lewat tema WordPress!
Selama ini saya kumpulkan tautan artikel tentang tema WordPress, sudah seharusnya dipilih dan dimanfaatkan. Betul, ini memang semata-mata kosmetik, namun asyik juga melihat halaman blog necis. Pilihan Smashing Magazine untuk 2011 sudah layak dan kandidat sudah dipersiapkan rencana ini. Minimalis dan bersih –dua syarat awal sebelum berkembang pada keperluan lain. Mengapa tidak?

Sepuluh Persen

Ada 10% orang baik, 10% orang bermasalah, dan 80% mengikuti yang sedang dominan saja.

Ini pendapat teman tentang keadaan Indonesia saat ini. Rasio 20:80 sudah umum dikenal, disebut sebagai Prinsip Pareto. Dua puluh persen sumberdaya menggerakkan delapan puluh persen aktivitas. Dipilah menjadi dua kelompok di atas tampaknya untuk menekankan hal tsb. penting dalam kasus di sekitar kita. Saya juga pernah mendengar paparan salah seorang pegiat kegiatan pemberdayaan masyarakat yang menyebut untuk setiap kelompok yang terdiri atas lima orang, terdapat seorang yang menyetujui perbaikan, seorang “bikin onar”, dan sisanya “mengalir saja”. Yang dilakukan pegiat tadi adalah agar si baik dapat mengatasi pembikin onar, dengan demikian diikuti massa mengalir.

Amanah dari Lipatan

Seperti paparan saya tentang memaksa diri sendiri agar disiplin berkarya dan keyakinan bahwa jumlah latihan penting, seharusnya sekarang ini saya dapat mengulang pemaksaan di masa lalu, misalnya satu tulisan setiap hari, disebar ke beberapa tempat kegiatan blog. Situs ini, #direktif, Google Plus, dan satu lagi Wislog, harus diisi secara rutin. Masak kalah oleh semangat memasang foto di Flickr?

Salah satu alat latihan yang sudah saya gunakan beberapa kali adalah Facebook. Dengan ukuran teks yang lebih leluasan dibanding mikroblog, Facebook terasa nyaman. Hal serupa yang terasa mengasyikkan di Google Plus. Sayang juga jika ide-ide disebar serampangan di mikroblog, apalagi ditandai urutan angka. Saya setuju penuh dengan tulisan Affan Basalamah tentang kultwit, sampaikanlah dengan elegan.