Skip to main content

Ikhlasul Amal

Ridwan Kamil dan BCCF

Sebagian Beranda di Facebook berisi deklarasi Kang Ridwan Kamil sebagai kandidat walikota Bandung, yang menurut kabar terakhir diusung oleh PKS dan Gerindra. Terbaca juga pertanyaan Pak Budi Rahardjo tentang Kang Ridwan.

Sekarang saya lihat banyak rekan-rekan yang menduku Ridwan Kamil untuk menjadi walikota Bandung. Ada informasi yang dapat dibaca/dijadikan rujukan?

Bandung Creative City Forum

Pada tahun 2008 saya diundang Kang Gustaff H. Iskandar di Common Room, Bandung, menghadiri cikal-bakal Bandung Creative City Forum (BCCF), yang kemudian menjadi cikal-bakal sejumlah kegiatan rutin akhir tahun di Bandung, seperti Helarfest. Saat itu pula untuk pertama kali (dan sekali saja) saya bertemu Kang Ridwan yang menjadi pembicara kunci acara. Dalam acara tsb. juga disinggung Bandung High Tech Valley (BHTV) yang saya juga sedang ikut menghidupkan sejumlah acaranya, bersama “tim besar” teman-teman dari PAU ITB.

Jelajah Pangandaran: Tarian Pesta Panen dan Ronggeng Gunung

Diiringi gerimis, kami, rombongan Jelajah Pangandaran, sampai di hotel tempat kami menginap. Gambaran saya tentang Pangandaran dari sekira dua dasawarsa lalu benar-benar tak membekas, yang terbayang sekilas dari gerbang Pantai Pangandaran hingga hotel adalah suasana kota-pantai; tidak sebesar Kuta di Bali, tentu karena Pangandaran sendiri kabupaten. Pedagang Kaki Lima berjajar di bawah warung-tenda, penyewaan sepeda tersebar di beberapa titik ramai, dan wisatawan berkostum pantai berseliweran.

Di hotel kami disambut perwakilan dinas pariwisata setempat. Tanpa berlama-lama termasuk hanya meletakkan tas di kamar masing-masing, kami diundang mendatangi pertunjukan kesenian di Kampung Cikelu, Desa Sukahurip. Ternyata cukup jauh dari pantai, di daerah pertanian dalam kondisi sedang hujan, mobil rombongan melintasi jalan bak pematang sawah, seukuran sedikit melebihi lebar kendaraan.

Jelajah Pangandaran 2012

Tanggal 24 November lalu saya berkesempatan mengikuti Jelajah Pangandaran 2012. Diselenggarakan oleh Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pelaksanaan acara ini dikerjakan Indecon. Jelajah Pangandaran berisi serangkaian acara dan kunjungan di kawasan dekat Pantai Pangandaran, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. Setelah menempuh perjalanan sekira 5 jam Bandung-Pangandaran, acara di tujuan penjelajahan berlangsung dari 24 November pukul 19 hingga 26 November pukul 14. Reportase perjalanan tsb. akan dipublikasikan dalam beberapa tulisan di bawah ini:

Mengikuti Tablig Hari Moekti

Tak terencana, saya datang di Masjid Nurul Jamil tadi pagi melihat keramaian: sejumlah ibu anggota pengajian dan siswa-siswi Sekolah Menengah. Setelah diamati di spanduk kegiatan, barulah paham bahwa hari ini Ustaz Hari Moekti akan datang menyampaikan tablig akbar. Seingat saya tahun lalu dia juga sempat datang berceramah di masjid ini, dan benar adanya disampaikan oleh pembawa acara dalam pengantarnya.

Hari Moekti bukan nama asing di akhir 1980-an. Istilah JJS untuk “Jalan-jalan Sore” menjadi populer saat itu, sekaligus memperkenalkan Jalan Melawai di sekitar Blok-M, Jakarta, yang dijadikan ilustrasi JJS. Versi “jalan-jalan Dago” juga disediakan untuk edisi penampilan di Bandung. Demikian juga frase “ada kamu” diangkat oleh Hari dan kabarnya menjadi salah satu hit. Setelah itu Hari mengundurkan diri dari ranah musik dan disebut-sebut oleh media menekuni kegiatan keagamaan. Publik tahu kabar tersebut dari awal, bersama dengan kabar musisi besar lain, Gito Rollies (alm.), namun ternyata ada juga yang baru tahu perubahan Hari Moekti di akhir dasawarsa ini.

Taman Ganesha dan Ospek Mahasiswa

Tanggal 27 Juli 2012 saya sempat menulis ihwal Taman Ganesha di milis Kalam Salman yang beranggotakan alumni kegiatan di Masjid Salman ITB. Saya salinkan di bawah ini.

Saya cukup sering singgah di Taman Ganesha, yang berada di sebelah Masjid Salman. Terakhir mampir ke sana, sebelum bulan Ramadan ini, saya lihat sedang digunakan untuk acara Ospek beberapa jurusan di ITB.

Taman Ganesha ini saya anggap sebagai miniatur Bandung, karena berada di ketinggian (dibanding Taman Cikapayang misalnya), kering-berasap di musim kemarau dan terendam banjir di musim hujan. Sampai dengan aspek sosialnya pun seperti model Bandung: sebagian warga memancing di kolam tengah dengan modal sendiri –menggambarkan Bandung yang kekurangan ruang publik dan harus diupayakan oleh warganya sendiri, di bangku-bangku taman ada beberapa gelandangan tidur atau remaja berpacaran. Bandung pisan, kan?